Sunday, November 17, 2013

MBTI Personality Test (Part 1)




Teman - teman pasti udah pada tahu tentang MBTI, bahkan mungkin ada yang sudah melakukan Personality test dengan MBTI.
Nah, sebagai orang yang baru tahu dan ingin berbagi ilmu, aku ingin posting tentang MBTI.
Awalnya aku tertarik tentang MBTI ini gara – garanya baca artikel http://www.ummi-online.com/berita-915-kompromi-kepribadian-dalam-pernikahan.html#.UoMG3z9AdiQ.facebook ,dan akhirnya penasaran buat nyari tahu aku tipe orang yang seperti apa? Nah,  sebelum aku bocorin apa kepribadian ku menurut MBTI personality test ini maka aku akan menyajikan artikel dari majalah Ummi Online yang linknya udah aku tulis di atas yak…cekidot!!!

Judul Artikel: Kompromi Kepribadian dalam Pernikahan

Cuma gara-gara mencet odol dari tengah saja bisa memicu genderang perang, lho. Punya pasangan yang cenderung dan terlatih untuk hidup teratur biasanya tetap akan mempertahankan kebiasaannya setelah menikah. Ia terbiasa memencet odol dari ujung, bukan dari tengah. Melipat koran dengan rapi dan meletakkan pada tempatnya setelah membaca, otomatis mengelap dan menyapu kotoran begitu ada sampah, dan selalu memakai piyama saat tidur. Semua serba teratur dan rapi. Bayangkan bila pasangan hidupnya cenderung santai dan slebor. Tanpa ada yang mau mengalah, tentu saja keduanya akan tersiksa.
 Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan mengenali kepribadian masing-masing. Ada banyak alat yang bisa dipakai untuk memahami kepribadian, salah satunya dikembangan oleh Katharine Briggs dan Isabel Myers pada masa Perang Dunia II. Pasangan ibu dan anak asal Amerika Serikat itu mengembangkan teori kepribadian dari konsep Carl Gustav Jung, psikolog asal Swiss, dan melahirkan Myers Briggs Type Indicator (MBTI). Walaupun pada awalnya indikator ini digunakan untuk dunia kerja, namun dalam perkembangannya ukuran ini bisa dipakai pada berbagai aspek kehidupan, termasuk perkawinan. Ada 16 tipe kepribadian MBTI, yang menjadi petunjuk kepribadian seseorang, tentu setelah sebelumnya melalui suatu tes.

Pahami diri dulu, baru pasangan
Ita Dekrita Azli, Psi, Psikolog Klinis yang memiliki lisensi internasional untuk MBTI di Indonesia, mengatakan bahwa di dalam mencari pasangan hidup orang cenderung mencari pasangan hidup yang memiliki kemiripan dengannya. Namun, faktanya banyak pasangan yang tipe kepribadiannya berbeda sama sekali. Maka mau tak mau harus dilakukan kompromi agar perkawinan bisa berjalan. “Idealnya, yang menjadi kekurangan suami jadi kelebihan istri. Sebaliknya, yang menjadi kekurangan istri jadi kelebihan suami. Jadi klop, saling melengkapi,” tutur perempuan dengan tipe kepribadian ENFJ ini.
Bukan jaminan pula orang yang sama atau mendekati tipe kepribadiannya bisa langsung harmonis. Bisa jadi, pasangan yang tipe kepribadiannya sama malah jadi membosankan. “Istri ESTJ, suaminya ESTJ juga, bayangan kita pasangan ini harmonis, nggak bakal banyak permasalahan. Padahal, tidak juga,” urai ibu dari satu anak ini.

Ita mengingatkan, setiap pasangan perlu memahami hakikat bersatunya setiap pribadi dalam pernikahan. Pertama, bersedia menerima pasangan apa adanya. Kedua, lebih menghargai pasangan kita. Ketiga, saling menghormati. Jadi, pasangan suami-istri yang memiliki kecenderungan teratur, sementara yng satunya santai sebagaimana di atas, tidak mungkin hubungan bisa harmonis tanpa kompromi dengan melakukan ketiga hal di atas.

Namun, sebelum bisa memahami orang lain, kita harus memahami dirinya sendiri dulu. Dengan memahami kecenderungan, cara berpikir dan bertindak kita, barulah kita bisa memahami orang lain. “Sejauh mana kita bisa menerima diri kita apa adanya, menerima dan segala kelebihan dan kekurangan diri kita. Karena kalau dengan diri sendiri saja kita masih berkonflik, kemungkinan besar kita juga akan mudah berkonflik dengan orang lain, terutama pasangan kita,” papar lulusan S2 Psikologi UI ini.

Kompromi untuk saling membahagiakan
Ita menjelaskan bahwa sebenarnya dengan 16 tipe kepribadian MBTI itu kita akan lebih memahami dinamika tipe setiap individu. “Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk, semua punya keunikan sendiri,” katanya. Masing-masing punya tantangan tersendiri untuk beradaptasi.

Dengan melakukan tes, hasilnya lebih jelas. Ita mencontohkan, bisa jadi dalam mengambil keputusan, suami maupun istri sama-sama cenderung ke Feeling. Namun, unsurnya bisa berbeda. Misalnya, istrinya sangat jelas (clear) unsur F, sementara sang suami ringan (like) saja. Untuk pasangan tersebut, cara mereka dalam mengambil keputusan tergambar jelas lebih mempertimbangkan perasaan ketimbang logika. Pasangan ini sering mengalami hambatan komunikasi, karena masing-masing lebih menahan perasaannya daripada langsung mengungkapkannya. “Tapi, kalau sudah marah bisa sangat emosional,” jelas perempuan yang hobi belajar bahasa asing ini.

Lain lagi bila kecenderungannya berbeda. Misal, yang satu ke arah Feeling, sementara pasangannya Thinking. Siapa yang mau mengalah? Umumnya, yang Feeling lebih banyak mengalah. Atau, buat yang gaya hidupnya biasa teratur (Judging), sulit beradaptasi dengan ketidakteraturan (Perceiving). Tapi, demi keharmonisan harus ada yang menurunkan kadarnya. Mungkin masih tetap perceive, tapi kadarnya sudah menurun.

Ita menegaskan bahwa perbedaan tidak akan selalu membuat konflik meruncing. Justru dengan segala perbedaan itu kita harus membantu dan bekerja sama satu sama lain. Dengan mengetahui kecenderungan seseorang, kita juga bisa tahu bagaimana caranya membahagiakan pasangan kita. Bagi orang yang berindikasi Feeling, ungkapan sayang secara verbal ataupun perilaku sangat penting untuk kabahagiaannya. Namun, untuk pasangan yang cenderung Thinking, tidak terlalu mementingkan hal itu. “Kita mesti memahami bahwa kita punya lingkaran komunikasi. Jadi kalau tipe kita ada di sini, pasangan kita ada di sana berarti memang masing-masing pasangan harus bersedia untuk saling mendengarkan, kemudian baru kita bahas sama-sama,” kata Ita. 

Yang tak boleh diabaikan pula adalah rasa keikhlasan pada setiap pasangan untuk menerima satu sama lain apa adanya. Dari berbagai konseling yang ditanganinya, Ita menyimpulkan banyak pasangan bermasalah karena kurangnya keikhlasan, ingin pasangannya berubah sementara dirimya sendiri tidak mau berubah. Akhirnya jadi masalah dan konflik terus menerus. “Nah, ilmu ikhlas inilah yang barangkali juga perlu kita kembangkan,” imbuhnya.

Memang tidak ada manusia yang sempurna. Dengan memahami diri sendiri dan pasangan, kita bisa saling mengisi. Jadi, mana yang penting dan tidak pun bisa dikompromikan. “Penting mana antara pakai piyama dan keseriusan cintanya?” Jawabannya ada pada kompromi masing-masing pasangan. Yuk, kita kompromikan.

16 Tipe Kepribadian MBTI

Tipe kepribadian MBTI ditentukan oleh alat ukur berupa tes, dan kecenderungan seseorang terhadap tipe kepribadian yang paling cocok dan paling besar kecenderungannya. Melalui hal itu akan terlihat bagaimana seseorang berkomunikasi, berpikir, dan hubungannya dengan dunia luar.

Ada 16 tipe kepribadian MBTI. Masing-masing tipe kepribadian tersebut merupakan perpaduan dari 4 huruf, yang memiliki arti tersendiri. Klasifikasi kepribadian menunjukkan dinamika dan sistem hubungan yang kompleks dari kepribadian. Huruf pertama dan keempat menunjukkan sikap atau orientasi karena mereka harus melakukan dengan cara bagaimana seseorang berinteraksi dengan dunia. Huruf kedua dan ketiga menunjukkan fungsi mental karena hal itu merupakan dasar dari cara kerja otak. Dua huruf yang ada di tengah ini dinamakan fungsi yang yang berpasangan.

Extroversion (E) atau Introversion (I), cenderung memiliki dunia favorit. Apakah fokus pada lingkungan luar atau diri sendiri. Sensing (S) atau Intuition (N), cara mendapatkan informasi, apakah fokus pada informasi dasar yang didapat atau menginterpretasikan dan menambahkan arti dari informasi itu. Thingking (T) atau Feeling (F), membuat keputusan. Saat membuat keputusan apakah cenderung melihat logika dan konsistensi atau lebih mengedepankan apa yang terjadi pada masyarakat dan perasaan orang lain. Judging (J) atau Perceiving (P), kecenderungan terhadap gaya hidup. Apakah cenderung agar segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana atau terbuka terhadap informasi baru dan pilihan-pilihan.

ISTJ. Pendiam, serius, menggunakan fakta, realistis dan bertanggungjawab. Memutuskan secara logis dan konsisten. Senang dengan keteraturan. Memegang kuat nilai tradisi dan loyalitas.

ISFJ. Pendiam, ramah, bertanggungjawab dan teliti. Peduli dengan perasaan orang lain. Berusaha keras membuat keharmonisan di lingkungan rumah dan pekerjaannya.

INFJ. Memiliki keinginan untuk mengerti hal-hal yang memotivasi dan menginspirasi orang. Teliti dan komit pada nilai-nilai dimana dia berada. Teratur dan tegas dalam mewujudkan cita-citanya.

INTJ. Memiliki pikiran yang original. Bila berkomitmen, dia akan melaksanakan pekerjaan dengan baik.

ISTP. Toleran dan fleksibel, cenderung menjadi pengamat sampai muncul persoalan, kemudian bertindak cepat untuk mencari solusi.

ISFP. Pendiam, bersahabat, sensitif dan baik. Menikmati keadaan saat ini dan apa yang terjadi pada lingkungannya. Membenci perselisihan dan konflik, tidak memaksakan opini dan nilainya pada orang lain.

INFP. Idealis, loyal, mudah beradaptasi, fleksibel, dan mudah menerima kecuali nilai-nilai yang bertentangan. Ingin tahu, cepat melihat kemungkinan-kemungkinan, bisa menjadi katalis untuk menjalankan cita-citanya. 

INTP. Logis. Secara teori dan abstrak, tertarik banyak pada ide daripada interaksi sosial. Pendiam, fleksibel dan mudah beradaptasi. Ragu, kadang kritis dan selalu analitis.

ESTP. Fleksibel dan toleran, menggunakan pendekatan pragmatis untuk mendapatkan hasil. Fokus pada saat ini dan sekarang, spontan, menikmati setiap momen yang bisa membuatnya aktif dengan orang lain. Menikmati kenyamanan materi dan gaya. Cara belajar paling bagus adalah  dengan pengalaman.

ESFP. Menggunakan nalar dan pendekatan realistis. Fleksibel dan spontan, cepat beradaptasi dengan orang dan lingkungan baru. Cara belajar terbaik adalah dengan mencoba keterampilan baru dengan orang lain.

ENFP. Antusias yang hangat dan imajinatif. Memandang hidup dengan penuh kemungkinan. Spontan dan fleksibel, sering percaya dengan kemampuannya memperbaiki keadaan dan komunikasinya.

ENTP. Cepat, memiliki ide brilian, mendorong dan banyak bicara. Memiliki semangat untuk menyelesaikan masalah baru dan menantang. Menerima kemungkinan konsep dan menganalisanya. Bosan dengan rutinitas.

ESTJ. Praktis, realistis, menggunakan fakta. Akurat, cepat bergerak untuk melaksanakan keputusan. Peduli dengan detail rutinitas. Memiliki standar logika yang jelas dan sistematis. Kuat dalam merealisasikan rencananya.

ESFJ. Hangat, rajin dan kooperatif. Menginginkan harmoni dalam lingkungannya, bekerja dengan  batasan yang jelas. Loyal, mengikuti prosedur bahkan pada hal kecil. 

ENFJ. Hangat, empati, responsif dan bertanggungjawab. Emosinya cepat terpengaruh oleh kebutuhan dan motivasi orang lain. Loyal, responsive terhadap pujian dan kritikan. 

ENTJ. Umumnya well informed, banyak membaca, senang menambah pengetahuan dan membaginya dengan orang lain. Jujur, cepat mengambil keputusan. Lebih melihat pada rencana jangka panjang dan cara untuk mencapai tujuan.



2 comments:

  1. hahaa akhir-akhir ini aku sama temen2 main tes2 itu, Awalnya ENFJ tp tes kedua ENTP :3

    ReplyDelete
  2. mungkin emang dua2nya Fi, di MBTI yang ke dua aku mencantumkan sumber untuk melihat kamu pemilik personality ENFJ or ENTP cocoknya kerja di bidang apa... :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...