Monday, November 3, 2014

Sekapur Sirih


dari daruttauhid.org

Di rumah Aisyah r.a, sakit Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam semakin bertambah berat. Mengetahui para sahabatnya sudah mulai cemas dan bersedih karena dirinya. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda “siramlah aku dengan tujuh qirbah air karena aku ingin bicara dengan mereka.” Aisyah berkata “kemudian aku dudukkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam di tempat mandi lalu kami guyur dengan tujuh qirbah air tersebut sampai beliau mengisyaratkan dengan tangannya,’Cukup!’ Beliau kemudian keluar menemuai orang-orang lalu mengimami mereka dan berkhotbah kepada mereka.” Nabi shallallahu’alaihi wa sallam keluar dengan kepala terasa pusing lalu duduk di atas mimbar. Pertama-tama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berdo’a dan meminta ampun untuk mujahidin Uhud lalu bersabda,

            “Seorang hamba diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kekayaan dunia atau apa yang ada disisi-Nya lalu hamba itu memilih apa yang ada di sisi-Nya”

Serta merta Abu Bakar menangis (karena mengetahui apa yang dimaksud Nabi shallallahu’alaihi wa sallam) seraya berkata dengan suara keras, “Kami tebus engkau dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami ya Rasulullah…. Kami tebus engkau dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami ya Rasulullah…. Kami tebus engkau dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami ya Rasulullah….” Nabi shallallahu’alaihi wa sallam kemudian bersabda,

“Tunggu sebentar, wahai Abu Bakar, Wahai manusia! sesungguhnya tidak ada seorang pun dari umat manusia yang mempercayakan jiwa dan hartanya melebihi Abu Bakar. Seandainya aku memilih kekasih di antara orang-orang, niscaya aku akan memilih Abu Bakar, akan tetapi Islam adalah kekasih yang utama, tutuplah semua pintu kecil di mesjid kecuali pintu kecil (tempat lewatnya) Abu Bakar”

            Beberapa hari sebelum kejadian ini Rasulullah tengah berdiri di Padang Arafah, sungguh kalimat-kalimat yang beliau sampaikan begitu indah bukan saja bagi mereka yang turut berdiri di sana, melainkan juga kepada seluruh generasi dan sejarah sesudah mereka. Kalimat-kalimat ini disampaikan setelah beliau menyampaikan amanah, menasihati umat dan berjihad di jalan dakwah selama 23 tahun tanpa bosan dan jemu. Demi Allah, betapa indahnya saat itu. Saat dimana ribuan muallaf berhimpun disekitar Rasulullah dengan penuh ketaatan dan ketundukan, padahal sebelumnya mereka memusuhinya dan memeranginya. Dan turunlah wahyu kepadanya yang menyatakan kepada umat manusia,

            …Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-maidah:3)
Sejak itu (futuh mekah) negri gypsi yang tadinya dipenuhi atmosfer kejahiliyahan kini berubah menjadi penggenggam peradaban. Peradaban yang bermanhaj rabbani yang mengemban  misi pemurnian tauhid. Maka sudah tidak ada lagi tawar menawar bagi orang yang telah mengikrarkan syahadat kecuali berjalan di atas manhaj yang diwasiatkan oleh Rasulullah untuk menunaikan amanah besar bernama: DAKWAH!!!!!!
Seruan dakwah begitu jelas menggema, tertuang dalam keabadian firman-Nya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali Imran:104)

Namun sesungguhnya dakwah itu memiliki tabiat yang khas “pangkalnya menjauh, namun ujungnya belum lagi tiba”, masa yang dihabiskan dalam berdakwah jauh melebihi usia para da’i-nya. Dakwah juga bukan kesenangan, sebab sudah tabiatnya pula harus melewati jalan panjang yang dipenuhi onak dan duri, lihatlah bagaimana lembaran-lembaran siroh itu bertutur tentang perjuangan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat yang harus menyembunyikan keislaman mereka, mereka bertemu secara rahasia, apabila salah seorang diantara mereka ingin melaksanakan sholat, maka ia pergi ke lorong-lorong Mekkah seraya bersembunyi dari pandangan orang-orang Quraisy.
Saat dakwah telah memasuki  fase jahriyatud da’wah dan sirriyatut tandzhim tak pelak permusuhan yang ditampakkan oleh kaum kafir Quraisy pun semakin besar, kaum muslimin tidak lagi aman berada di rumah mereka sendiri, hingga Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah, suatu negeri yang terpencil dari segi kehidupan, bahasa, tradisi dan agama, penderitaan sebagai orang asing dan berpisah dengan keluarga serta tanah air tidak akan dapat dilakukan oleh orang yang berkeyakinan dan cintanya kepada aqidah lebih besar dari cintanya kepada negeri dan keluarganya. Perjalanan ini amatlah berat, tidak hanya mengorbankan segala yang terukur secara fisik, namun perjalanan hijrah ini juga mengantarkan putri tercinta Rasulullah menemui cinta sejatinya Allah azza wa jalla, maka dengarlah firman Allah yang berbunyi:
“ Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS.At-Taubah:24)

Tidak berhenti sampai disana, sebab keberhasilan dakwah pasti berbanding lurus dengan ujian yang menyertainya, Rasulullah masih terus berjuang dari dalam kota Makkah untuk memperluas capaian dakwahnya dan menyediakan tempat yang aman serta nyaman untuk pertumbuhannya, hingga tibalah perintah dari Allah untuk hijrah ke Madinah, yang menghantarkan umat Islam kepada fase jihad yang sebenar- benar jihad, hingga para pejuang dakwah pun mengerti Islam tidak akan FUTUH tanpa keSABARan…
“ Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Anfal:65-66)
Sementara kesabaran  adalah ciri orang yang mampu mengalahkan hambatan pada dirinya sendiri, mereka bukan orang yang pamrih, bukan pula yang terjebak dalam jerat-jerat syetan seperti VMJ, bukan orang yang senantiasa bermanja dan menunda-nunda, mereka adalah orang-orang yang mandiri, berdikari, memiliki komitmen yang penuh dalam mengemban amanah dakwah, mempunyai ruhul istijabah yang kokoh, sebagaimana disebutkan Allah dalam firmannya,

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS.At-Taubah:41)

Nyata sudah dalam pandangan mata kita bahwa perintah Allah begitu tegas, bahwa tidak semua manusia menjadi orang – orang pilihan dan bahwa sejarah juga mencatat kisah manusia – manusia pilihan itu dalam membuktikan syahadat-nya, bacalah! Tentang kisah khulafaur rasyidin, kisah para sahabat, kisah para tabi’in, kisah para imam Mazhab, kisah pahlawan – pahlawan Islam, mereka semua telah pergi, usia mereka tidak panjang…bahkan diantara mereka ada yang tubuhnya dicabik – cabik oleh musuh..tapi mereka tidak pernah gentar, hingga nama dan karya mereka tetap bersama ummat, perjuangan mereka telah membebaskan ummat…
Maka tidak ada alasan bagimu wahai mujahid mujahidah dakwah kampus, Untuk berdiam diri, teruslah berkarya hingga syahid menjemputmu!!! hingga engkau memenuhi firman Tuhan mu…

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman (55):55)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...