Tuesday, July 9, 2013

Save Mesir -Part1



Hari ini 1 Ramadhan 1434H
Sudah 7 hari berlalu sejak Kudeta Presiden Resmi Mesir Muhammad Mursi dan sudah lebih dari seratus nyawa melayang akibat kekejian itu, sebelumnya sama sekali tidak tergerak hati saya untuk menuliskan tentang kedzholiman mengerikan yang dilakukan oleh pihak militer, dengan tuduhan – tuduhan mereka yang tidak masuk akal kepada Presiden hafidz Qur’an itu…sampai pada hari ini, 1 Ramadhan saya membaca sebuah berita di http://www.pkspiyungan.org/2013/07/behind-scene-8-kejadian-penting-sebelum.html tentang sebuah janji yang tidak bisa dikhianati, bahkan kematian lebih ringan…
Janji setia ini tentu berbeda dengan janji setia yang dilakukan bukan karena Allah, sebab kesetiannya tidak akan sampai menggetarkan, tidak akan sampai menguatkan, tidak akan sampai mengoyak keberanian…

Janji setia ini, memperjuangkannya adalah jihad….

Berita tentang  ”8 Kejadian Penting Sebelum Pembantaian Garda Republik” akan saya abadikan di Galeri kecil saya ini, sebagai pengingat bahwa pernah terjadi pembantaian dan peng-kudeta-an di Negeri yang berdemokrasi dan orang – orang sekuler, liberal yang mengagung-agungkan demokrasi itu hanya diam tak berkutik…

Presiden Mesir Haafidzul Qur'an Muhammad Mursi ketika menjadi relawan di Aceh pasca bencana 2005

72 Jam Sebelum Pembantaian Garda Republik

Seorang Penulis Arab internasional, Abdul Bari 'Athwan menulis di laman pribadinya di Sosial Media Facebook akan rentetan kejadian 72 jam sebelum terjadinya pembantaian Wisma Garda Republik.
8 Kejadian Penting Sebelum Pembantaian
Akan datang hari dimana kita akan menceritakan kepada rakyat Mesir kisah tentang para pahlawan dari dalam jajaran Intelejen Umum dan Pengawal Pribadi Jenderal  As-Sisi sendiri, yang  menukilkan kepada kami kisah di dalam internal Kementrian Pertahanan yang menolak terjadinya kudeta.

Kejadian Pertama

Jumat 5/7 pukul 21.00 malam di kantor kementrian pertahanan, Jendral As-Sisi bertemu dengan para Kepala Staf angkatan bersenjata yang tidak dihadiri oleh Kepala Staf Territorial 2 karena kondisi beberapa propinsi Terusan Suez yang genting. Pertemuan selama 3 jam ini menghasilkan pentingnya mengadakan perundingan dengan Muhammad Mursi karena inilah yang dianggap tindakan paling bijak. Lalu ditugaskanlah Kepala Staff Angkatan Bersenjata Letnan Jenderal Sidki Subhi dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya Yunus Sayyid Hamid untuk berunding dengan Muhammad Mursi.

Kejadian Kedua

Letnan Jendral Sidki dan Marsekal Madya Yunus berangkat menuju kantor Garda Republk (tempat Muhammad Mursi ditahan) pada jam 2 pagi hari Sabtu 6/7. Mereka menawarkan agar presiden mau mundur dan memaksanya untuk mengambil pilihan ini. Presiden tidak  mau dan bersikeras tidak menanggapinya.

Lalu mereka menawarkan bagaimana jika Presiden Mursi kembali kejabatannya, dengan jaminan Baradei menjadi Perdana Mentri yang memiliki kebijakan penuh dalam urusan politik dan ekonomi dan presiden tidak boleh ikut campur. Presiden juga tidak boleh ikut campur dalam urusan militer, baik urusan administrasi maupun persenjataannya.

Presiden tersenyum sambil berkata, "Semoga Allah meridai kalian. Kalian sudah menghabiskan waktu saya untuk Qiyamullail."  Ucapan ini membuat Letjend Sidki Subhi marah dan berang di hadapan presiden. Dia berkata, "Demi Allah, kami akan bunuh kalian satu-persatu hingga menjadi kolam darah. Dan Anda tidak akan kembali menjadi presiden kecuali setelah melangkahi mayat kami.  Masa depan Anda dan Jamaah Anda bisa Anda bayangkan sebentar lagi!"

Kejadian Ketiga

Pertemuan As-Sisi dan seluruh kepala staf pada jam 7 pagi dan membahas hasil laporan dari Intelejen Perang yang mengakui bahwa keadaan semakin rumit di setiap markas angkatan bersenjata. Ada perasaan kesal dan kecewa yang dirasakan setiap individu tentara. Kepala Staf Teritorial 3 Letnan Jenderal Usamah Askar menyela dan mengkritik kebijakan As-Sisi  dan tindakannya yang  terburu-buru. Hal ini membuat As-Sisi meninggikan suaranya dan berang kepada semua yang hadir dan mengatakan bahwa keputusan yang diambilnya adalah hasil kesepakatan semua kepala staf. Suasana semakin memanas dan suara yang tinggi bersahut-sahutan,  tanpa lagi memperhatikan pangkat militer dan  posisi panglima. Rapat ini berakhir tanpa hasil kongkrit.

Kejadian Keempat

Sabtu 6/7 jam 12:00 siang.
As-Sisi bertemu  dengan Letjend Sidki dan Letjend Ahmad Abu Dahab (Direktur Urusan Moral) membahas masukan-masukan dari Intelejen Perang dan kembali menyusun kartu. Terkhusus masalah media, terkait kebijakan penggalangan massa penyeimbang gerakan Islam pada hari Ahad besok. Dan akan fokus di media untuk mengangkat isu pengkhianatan Ikhwan serta gerakan Islam lainnya, juga memberi label "teroris,” membuka file-file sejarah kelam ikhwan di media, berkoordinasi di lapangan dengan Kementian Dalam Negeri untuk menciptakan tindakan anarkis, tempat-tempatnya, pelaksanaan tekhnisnya, dan pengambilan gambarnya.

Kejadian Kelima

Hari Ahad 7/7 jam 17:00 sore. Intelejen Perang memberikan warning kepada Jenderal As-Sisi bahwa massa Ikhwan bertambah banyak dan mereka mendapatkan simpati dari rakyat.  Pertambahan jumlah massa ini dalam perhitungan mereka antara 750 ribu sampai 900 ribu massa yang berkumpul di lapangan-lapangan terbuka. Dan hari ini jumlah massa diperkirakan mencapai 1 juta setengah manusia. Media-media asing menekan pemerintah mereka karena tidak sepakat dengan kebijakan kudeta. Dan yang lebih bahaya menurut laporan ini adalah: didapatinya hubungan telpon antara beberapa perwira berpangkat Brigadir Jenderal ('Amiid) dan Kepala Urusan Tekhnik Militer Mayor Jendral Tahir Abdullah yang membicarakan pentingnya bagi lembaga militer mengambil keputusan secepat mungkin dan keluar dari krisis ini dengan membayar berapapun harganya.

Kejadian Keenam

Hari Ahad jam 22:00 malam.
Mayor jendral Syahin menghubungi Muhammad Badi' (mursyid IM) dan mengajak beliau untuk berunding dengan militer. Hal ini ditolak oleh Muhammad Badi' dengan berkata, "Saya tidak akan bernegosiasi dengan seorang pun. Bersama kalian ada presiden saya dan presiden kalian. Negosiasilah dengan tuan presiden".

Kejadian Ketujuh

Ahad 00:00 –Senin (8/7) pagi.
Letnan Jenderal Sidki Subhi pergi menemui presiden Mursi dan menyampaikan bahwa jumlah yang gugur syahid dari anggota jamaah ikhwan sudah melewati ratusan di beberapa propinsi Mesir karena ulah preman dan polisi. Dan militer belum ikut campur.

Letjend Subhi mengatakan, "Jika Anda terus bersikeras maka kami akan menyembelih kalian semuanya dan masalah akan bertambah runyam. Dan kita tidak akan bisa keluar dari krisis ini setelah hari ini. Anda memilih; merekam pengunduran diri Anda atau kembali menjadi presiden dengan syarat yang telah kami sebutkan sebelumnya. Atau Anda memilih darah Anda dan darah pendukung Anda?"

Mursi berkata:

"Jika saya menerima tawaran ini setelah gugurnya para syahid tersebut, maka saya telah mengkhianati mereka. Saya telah mengkhianati darah mereka. Saya telah mengkhianati sumpah saya di hadapan Allah dan di hadapan rakyat. Jika saya menerima tawaran ini sekarang maka tidak ada masa depan bagi negeri saya di bawah kendali kalian. Kalian bunuh saya, demi Allah, itu lebih ringan bagi saya".

Kejadian Kedelapan

Hari Senin, jam 02:00 pagi
Jenderal As-Sisi mengadakan rapat tertutup dengan panglima Garda Republik dan Kepala Operasi Militer Mayor Jenderal Muhsin Syadzili. Mereka sepakat untuk membuat skenario kejadian berdarah, yang membuat efek semua pihak mau kembali bernegosiasi dan menerima tawaran untuk berdialog.




Dan sangat sayang, kami tidak mengetahui jenis operasi dan bentuknya, hingga terjadi kejadian berdarah pembantaian di depan kantor Garda Republik Senin pukul 03:30 pagi.

(Disarikan dari egyptwindow.net)

 

  


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...