dari daruttauhid.org |
Di
rumah Aisyah r.a, sakit Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam semakin
bertambah berat. Mengetahui para sahabatnya sudah mulai cemas dan bersedih
karena dirinya. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda “siramlah aku dengan tujuh qirbah air karena aku ingin bicara dengan
mereka.” Aisyah berkata “kemudian aku
dudukkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam di tempat mandi lalu kami guyur
dengan tujuh qirbah air tersebut sampai beliau mengisyaratkan dengan
tangannya,’Cukup!’ Beliau kemudian keluar menemuai orang-orang lalu mengimami
mereka dan berkhotbah kepada mereka.” Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
keluar dengan kepala terasa pusing lalu duduk di atas mimbar. Pertama-tama Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam berdo’a dan meminta ampun untuk mujahidin Uhud
lalu bersabda,
“Seorang
hamba diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kekayaan dunia atau apa yang ada
disisi-Nya lalu hamba itu memilih apa yang ada di sisi-Nya”
Serta
merta Abu Bakar menangis (karena mengetahui apa yang dimaksud Nabi shallallahu’alaihi wa sallam) seraya berkata dengan suara
keras, “Kami tebus engkau dengan
bapak-bapak dan ibu-ibu kami ya Rasulullah…. Kami tebus engkau dengan
bapak-bapak dan ibu-ibu kami ya Rasulullah…. Kami tebus engkau dengan
bapak-bapak dan ibu-ibu kami ya Rasulullah….” Nabi shallallahu’alaihi
wa sallam kemudian bersabda,
“Tunggu sebentar, wahai
Abu Bakar, Wahai manusia! sesungguhnya tidak ada seorang pun dari umat manusia
yang mempercayakan jiwa dan hartanya melebihi Abu Bakar. Seandainya aku memilih
kekasih di antara orang-orang, niscaya aku akan memilih Abu Bakar, akan tetapi
Islam adalah kekasih yang utama, tutuplah semua pintu kecil di mesjid kecuali
pintu kecil (tempat lewatnya) Abu Bakar”
Beberapa hari sebelum kejadian ini
Rasulullah tengah berdiri di Padang Arafah, sungguh kalimat-kalimat yang beliau
sampaikan begitu indah bukan saja bagi mereka yang turut berdiri di sana,
melainkan juga kepada seluruh generasi dan sejarah sesudah mereka.
Kalimat-kalimat ini disampaikan setelah beliau menyampaikan amanah, menasihati
umat dan berjihad di jalan dakwah selama 23 tahun tanpa bosan dan jemu. Demi
Allah, betapa indahnya saat itu. Saat dimana ribuan muallaf berhimpun disekitar
Rasulullah dengan penuh ketaatan dan ketundukan, padahal sebelumnya mereka
memusuhinya dan memeranginya. Dan turunlah wahyu kepadanya yang menyatakan
kepada umat manusia,
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu…” (QS. Al-maidah:3)
Sejak
itu (futuh mekah) negri gypsi yang tadinya dipenuhi atmosfer kejahiliyahan kini
berubah menjadi penggenggam peradaban. Peradaban yang bermanhaj rabbani yang
mengemban misi pemurnian tauhid. Maka
sudah tidak ada lagi tawar menawar bagi orang yang telah mengikrarkan syahadat
kecuali berjalan di atas manhaj yang diwasiatkan oleh Rasulullah untuk
menunaikan amanah besar bernama: DAKWAH!!!!!!
Seruan
dakwah begitu jelas menggema, tertuang dalam keabadian firman-Nya:
“ Dan hendaklah ada
di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS.Ali Imran:104)
Namun
sesungguhnya dakwah itu memiliki tabiat yang khas “pangkalnya menjauh, namun
ujungnya belum lagi tiba”, masa yang dihabiskan dalam berdakwah jauh melebihi
usia para da’i-nya. Dakwah juga bukan kesenangan, sebab sudah tabiatnya pula
harus melewati jalan panjang yang dipenuhi onak dan duri, lihatlah bagaimana
lembaran-lembaran siroh itu bertutur tentang perjuangan Nabi shallallahu’alaihi
wa sallam dan para sahabat yang harus menyembunyikan keislaman mereka, mereka
bertemu secara rahasia, apabila salah seorang diantara mereka ingin
melaksanakan sholat, maka ia pergi ke lorong-lorong Mekkah seraya bersembunyi
dari pandangan orang-orang Quraisy.
Saat
dakwah telah memasuki fase jahriyatud
da’wah dan sirriyatut tandzhim tak pelak permusuhan yang ditampakkan oleh kaum
kafir Quraisy pun semakin besar, kaum muslimin tidak lagi aman berada di rumah
mereka sendiri, hingga Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah
ke negeri Habasyah, suatu negeri yang terpencil dari segi kehidupan, bahasa,
tradisi dan agama, penderitaan sebagai orang asing dan berpisah dengan keluarga
serta tanah air tidak akan dapat dilakukan oleh orang yang berkeyakinan dan
cintanya kepada aqidah lebih besar dari cintanya kepada negeri dan keluarganya.
Perjalanan ini amatlah berat, tidak hanya mengorbankan segala yang terukur
secara fisik, namun perjalanan hijrah ini juga mengantarkan putri tercinta
Rasulullah menemui cinta sejatinya Allah azza wa jalla, maka dengarlah firman
Allah yang berbunyi:
“ Katakanlah:
"jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari
Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik.” (QS.At-Taubah:24)
Tidak
berhenti sampai disana, sebab keberhasilan dakwah pasti berbanding lurus dengan
ujian yang menyertainya, Rasulullah masih terus berjuang dari dalam kota Makkah
untuk memperluas capaian dakwahnya dan menyediakan tempat yang aman serta
nyaman untuk pertumbuhannya, hingga tibalah perintah dari Allah untuk hijrah ke
Madinah, yang menghantarkan umat Islam kepada fase jihad yang sebenar- benar
jihad, hingga para pejuang dakwah pun mengerti Islam tidak akan FUTUH tanpa keSABARan…
“ Hai Nabi, kobarkanlah
semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar
diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan
jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan
seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak
mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui
bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar,
niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika
diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan
dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS.Al-Anfal:65-66)
Sementara
kesabaran adalah ciri orang yang mampu
mengalahkan hambatan pada dirinya sendiri, mereka bukan orang yang pamrih,
bukan pula yang terjebak dalam jerat-jerat syetan seperti VMJ, bukan orang yang
senantiasa bermanja dan menunda-nunda, mereka adalah orang-orang yang mandiri,
berdikari, memiliki komitmen yang penuh dalam mengemban amanah dakwah,
mempunyai ruhul istijabah yang kokoh, sebagaimana disebutkan Allah dalam
firmannya,
“Berangkatlah kamu baik
dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan
dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.” (QS.At-Taubah:41)
Nyata
sudah dalam pandangan mata kita bahwa perintah Allah begitu tegas, bahwa tidak
semua manusia menjadi orang – orang pilihan dan bahwa sejarah juga mencatat
kisah manusia – manusia pilihan itu dalam membuktikan syahadat-nya, bacalah!
Tentang kisah khulafaur rasyidin, kisah para sahabat, kisah para tabi’in, kisah
para imam Mazhab, kisah pahlawan – pahlawan Islam, mereka semua telah pergi,
usia mereka tidak panjang…bahkan diantara mereka ada yang tubuhnya dicabik –
cabik oleh musuh..tapi mereka tidak pernah gentar, hingga nama dan karya mereka
tetap bersama ummat, perjuangan mereka telah membebaskan ummat…
Maka
tidak ada alasan bagimu wahai mujahid mujahidah dakwah kampus, Untuk berdiam
diri, teruslah berkarya hingga syahid menjemputmu!!! hingga engkau memenuhi
firman Tuhan mu…
“Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS.Ar-Rahman (55):55)
No comments:
Post a Comment